SEJARAH DAN BUDAYA
Macam-macam Kain Tenun Menurut Jenis dan Asalnya, Sungguh Beragam!
Kain tenun umum dibuat di Indonesia dan erat kaitannya dengan budaya setempat sehingga memiliki banyak ragam dan corak, cek di sini untuk jenis dan asal kain tenun di Indonesia!
Kain tenun dibuat dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Kain ini terbuat dari serat kayu, kapas, sutra dan lainnya. Pembuatan kain tenun erat dengan sistem pengetahuan, budaya, kepercayaan, lingkungan alam, dan sistem organisasi sosial.
Tiap daerah memiliki kultur yang berbeda, sehingga seni tenun di setiap daerah memiliki perbedaan. Oleh karena itu, tenun memiliki keunikan dari segi motif dan bahan, yang merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat. Kualitas tenun dilihat dari mutu, bahan, keindahan tata warna, motif, pola dan ragam hiasannya.
Kamu bisa membedakan kain tenun berdasarkan asal dan jenisnya, yuk kita bahas satu per satu!
Kain tenun menurut asalnya
Kegiatan menenun sebenarnya sudah ada sejak tahun 500SM, terutama di daerah Mesopotamia, Mesir, India, dan Turki. Kain tenun di Indonesia berkembang sejak masa Neolitikum (prasejarah), ditandai dengan ditemukannya benda-beda prasejarah seperti tenunan, alat memintal, dan bahan yang jelas terlihat adanya tenunan pada kain yang terbuat dari kapas. Kain tenun ini ditemukan di situs Sumba Timur, Gunung Wingko, Yogyakarta, Gilimanuk, dan Melolo.
Berikut ini kain tenun menurut asal daerahnya:
1. Kain Tenun Palembang
Ada dua jenis kerajinan tenun di Palembang, yakni Kain Tajung dan Songket. Songket ditenun menggunakan benang emas dan perak, kain Tajung atau Sewet Tajung Gebeng ditenun menggunakan benang sutera. Cukup mewah dan sering menjadi pilihan orang-orang sebagai kain bawahan untuk menghadiri acara yang bersifat formal.
Pembuatannya menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM), sebelum penenunan dilakukan, benang kapas atau sutra akan dicelupkan ke zat pewarna sebagai warna dasar, biasanya warna merah. Benang emas juga dibuat secara alami dengan mencelupkan benang ke dalam cairan emas. Setelah itu, benang akan dijemur hingga kering sebelum dilakukan proses pemintalan. Proses pembuatan kain Palembang memerlukan waktu kurang lebih tiga bulan.
2. Kain Tenun Minangkabau
Tenun di Minangkabau digunakan untuk acara adat seperti perkawinan, batagak gala (melantik penghulu), dan penyambutan tamu penting. Songket Pandai Sikek memiliki nilai-nilai keindahan, ketekunan, ketelitian, dan kesabaran yang menjadi acuan bagi pengguna ataupun pembuatnya.
Pandai Sikek adalah salah satu nagari di Kacamatan Sepuluh Koto, Tanah Datar, Sumatera Barat. Di masa lalu, pembuatan kain Pandai Sikek menggunakan benang emas sehingga kain ini menjadi simbol kemewahan dan status sosial. Pembuatannya dilakukan secara tradisional dan lama pembuatan tergantung pada ukuran, jenis, kehalusan kain, dan kerumitan motifnya. Ada dua jenis kain tenun yang dihasilkan oleh perajin Pandai Sikek:
- Kain Songket Balapak
Biasa disebut sebagai kain tenun Sarek, hiasan motif dari benang emas atau perak memenuhi seluruh bidang permukaan kain
- Kain Songket Batabua (bertabur) atau Babintang (berbintang)
Hiasan motif hanya tersebar pada bagian tertentu saja
Biasanya kaum bangsawan akan memilih kain songket balapak dengan teknik dua agar benang emas pada motif terlihat lebih padat dan rapat. Rakyat biasanya akan memilih teknik empat dan enam supaya waran kuning keemasan pada ragam hias tidak terlalu dominan.
3. Kain Tenun Medan (Batak)
Tenun Batak biasa disebut Ulos, yakni kain yang berbentuk selendang. Kain ini ditenun dengan benang berwarna emas dan perak serta didominasi oleh warna merah, hitam, dan putih. Kain ulos digunakan sebagai pakaian sehari-hari tapi juga sebagai bagian dari upacara adat. Ada tiga cara mengenakan ulos:
- Siabithononton (dipakai di badan)
- Sihadanghononton (dililit di kepala atau ditenteng)
- Sitalitahononton (dililit di pinggang)
4. Kain Tenun Jepara
Jepara juga memiliki tenun Troso, yakni tenun dari helaian benang pakan atau benang lungsi yang sebelumnya diikat untuk membentuk motif tertentu dan dicelupkan dalam zat pewarna alami. Motif tenun ikat Troso mengikuti pesanan dari luar daerah seperti Bali, Flores, dan Sumbawa.
5. Kain Tenun Lampung
Tapis merupakan kain wanita berbentuk sarung yang terbuat dari tenun benang kapas dengan motif alam flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan perak. Kain tenun tapis menggunakan teknik sulam cucuk.
Tapis digunakan oleh wanita suku yang ada di masyarakat adat Saibatin dan Pepadun (Lampung Pesisir dan Pedalaman). Kain ini dibuat oleh ibu rumah tangga dan gadis saat waktu senggang untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang masih sakral.
6. Kain Tenun Baduy
Suku Baduy terbagi menjadi dua kelompok, yakni Baduy Luar dan Dalam. Baduy Luar mengenakan pakaian berwarna gelap seperti hitam dan biru, sedangkan Baduy Dalam mengenakan pakaian berwarna putih dan hitam. Motif tenun khas yang dimiliki oleh suku Baduy di antaranya adalah tenun aros, poleng hideung, adu mancung, dan boeh (bosaan).
7. Kain Tenun Lombok
Lombok juga memiliki kain tenun bernama kain sesek. Kain kebanggaan suku Sasak ini merupakan pakaian tradisional yang dikenakan saat upacara adat. Motifnya berupa rumah tradisional Sasak, lumbung padi, atau aneka binatang laut dan hewan ternak.
8. Kain Tenun Bali
Kain tenun tradisional Gringsing (Wastra Gringsing) adalah kain tradisional khas Bali yang terbuat dari benang kapas dengan hias motif yang dibentuk dari dobel ikat atau tenun ganda, yakni dengan mengikat benang lungsi dan pakan sekaligus. Pembuatannya memakan waktu hingga lima tahun karena tekniknya sangat susah.
9. Kain Tenun Toraja
Tenun Toraja dibuat oleh masyarakat Toraja untuk menunjukkan keindahan Toraja. Warna tenunnya yang khas, seperti warna alam dan motifnya yang khas membuat tenun Toraja menjadi salah satu tenun yang banyak dicari. Proses pembuatan tenun Toraja menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) secara manual. Bila kamu ingin memesan tenun Toraja, kamu harus memesan minimal dua bulan sebelumnya karena pengerjaannya yang cukup lama. Alat tenun Toraja disebut Gonggon, yakni alat tenun tradisional Toraja.
Kain Toraja biasanya menggunakan warna merah, biru, hitam, putih, dan kuning. Pewarna yang digunakan berasal dari pewarna alami yang ada di sekitar masyarakat supaya lebih ramah lingkungan. Motifnya berbentuk bidang segitiga dengan corak menyerupai panah yang disusun berselang-seling dengan garis zig-zag membentuk pola geometris. Ada pula corak kait dan sekon yang merupakan stilasi dan gambaran tubuh manusia. Motif tenun Toraja juga meniru ukiran di rumah adat Tongkonan.
Indonesia dikenal dengan keragaman budayanya. Semoga budaya dalam bentuk kain tenun bisa terus lestari dan generasi muda bisa mengenal kebudayaan kita, ya!
Suka dengan Artikel ini? Jangan Lupa beri likes dan share ke temanmu
Komentar
Belum ada komentar
(*) Berkomentarlah secara bijaksana
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.